Yuk, Bercanda dengan Gajah...

Written By bopuluh on Selasa, 13 November 2012 | 23.36

Yuk, Bercanda dengan Gajah...

Oleh Mohammad Hilmi Faiq

KEINDAHAN alam Tangkahan seolah menyihir para pengunjung untuk berlama-lama tinggal di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Kejernihan air sungai, tingkah laku gajah, dan keramahan penduduk adalah beberapa penyihir itu. Sayangnya, infrastruktur jalan menuju kawasan wisata ini belum memadai.

Delapan gajah dewasa berjalan menyusuri jalan setapak yang menurun ke arah Sungai Sei Batang Serangan. Kawanan binatang berkaki empat itu saling terkait. Belalai gajah yang satu membelit ekor gajah lain di depannya. Pelatih gajah (mahout) yang duduk di punggung gajah mengendalikan barisan gajah.

Sesampainya di tepi sungai, gajah-gajah itu berbaris rapi. Aroma tak sedap segera memenuhi rongga hidung bersamaan dengan bunyi gedebuk. Inilah salah satu rutinitas gajah di pagi hari: buang air besar. Para mahout lalu membersihkan kotoran itu agar tak mencemari sungai.

Tanpa menunggu komando, gajah-gajah itu langsung mencebur ke sungai. Selang beberapa menit kemudian, para mahout meminta para gajah menepi. Gajah-gajah itu duduk, lalu membaringkan diri di tepi sungai. Para pelancong mengerubuti mereka.

DC Sitepu (36), salah satu ranger, membagi-bagikan sikat cuci kepada belasan pelancong yang sedari tadi menyaksikan gajah mandi dari tepi sungai. DC Sitepu memberi komando agar para pelancong mendekat memandikan gajah.

Beberapa pelancong awalnya takut mendekati gajah. Mereka ngeri membayangkan gajah yang beratnya mencapai 3,5 ton itu menyenggol atau menginjak mereka. "Pelan-pelan saja. Tidak perlu takut," kata Joni Rahman, mahout, mengusir rasa takut pelancong yang sebagian besar bule itu.

Para pelancong itu lantas mengusap, menggosok, dan sesekali menepuk-nepuk hampir semua bagian tubuh gajah. Gajah-gajah itu tetap berbaring, hanya belalainya yang menjulur ke mana-mana, seolah keenakan saat kulit tebal mereka bersentuhan dengan sikat yang lumrahnya digunakan untuk mencuci pakaian itu.

Gajah-gajah itu lalu bangkit. Tiba-tiba... bruuusss...! Wajah dan badan pelancong kuyup disemprot gajah. Sebagian pelancong hanya merem, lainnya lari menjauh. Inilah antara lain sensasi setelah memandikan gajah. Kini gajah-gajah itu mencium pelancong satu per satu sebagai ungkapan terima kasih.

"Ini luar biasa. Saya pernah bertemu gajah di Afrika Selatan, tetapi hanya dari kejauhan. Sekarang saya bahkan memandikannya. Ini sangat mengesankan," terang Jane, pelancong asal Inggris.

Gajah-gajah itu merupakan gajah liar yang pernah terlibat konflik dengan warga. BB TNGL kemudian merehabilitasi hewan raksasa itu sehingga jinak.

Kesadaran baru

Tangkahan merupakan daerah wisata yang diapit Desa Namo Sialang dan Sei Serdang, Kecamatan Sei Batang Serangan. Jumlah warga yang tinggal di kedua desa ini mencapai 1.950 keluarga. Sebagian besar hidup dari bertani.

Namun, pada era 1980-an hingga pertengahan 1990-an, warga sekitar Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) hidup dengan cara membalak hutan secara liar. Kayu-kayu hasil pembalakan itu mereka jual untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dalam sepekan satu keluarga bisa menebang dua sampai tiga pohon.

Suatu hari di tahun 1999, sekelompok mahasiswa berkunjung ke Tangkahan. Mereka prihatin melihat pola warga dalam mencari nafkah. Para mahasiswa yang dipimpin Sugeng dan Syaiful Bahri itu kemudian berdialog dengan warga tentang prinsip-prinsip menjaga kelestarian lingkungan. "Kami mencoba mengajak warga memahami cara memperlakukan alam," kata Sugeng.

Mereka mengajak warga untuk tak lagi menebangi pohon. Sebaliknya, mempromosikan keindahan alam Tangkahan kepada pelancong. Setelah melalui proses panjang, warga tertarik dan mereka membentuk Tangkahan Simalem Raner pada April 2001. Selang sebulan kemudian, mereka membentuk Lembaga Pariwisata Tangkahan (LPT). Selain itu, mereka membuat peraturan desa yang isinya antara lain melarang warga atau siapa pun menebang pohon di TNGL. "Kami lalu belajar cara merawat alam, berpromosi, dan melayani tamu," kata David Sitepu (32), ranger. Ranger adalah awak yang berperan sebagai pemandu pelancong.

LPT merupakan lembaga masyarakat yang dipercaya untuk mengelola ekowisata Tangkahan bekerja sama dengan Balai Besar TNGL. Hampir seluruh pendapatan dari pelancong masuk ke kas LPT untuk kemudian didistribusikan kepada para pekerja yang merupakan warga sekitar.

Kepala Subbagian Data, Monitoring, Evaluasi, dan Humas Balai besar TNGL Rahmad Saleh mengatakan, BB TNGL hanya mendapat pemasukan Rp 2.500 per karcis untuk pelancong lokal dan Rp 20.000 per karcis untuk pelancong asing.

Sekarang ini tak ada warga yang menebang pohon untuk menyambung hidup. Mereka memperoleh cukup uang dari menjual jasa sebagai ranger, membuka warung, ataupun penginapan. "Rata-rata sebulan saya bisa menabung sampai Rp 2 juta," kata David.

Biaya menikmati keindahan alam mulai Rp 50.000-Rp 600.000. Dari sekadar lihat gajah mandi, memandikan gajah, naik gajah, sampai keliling hutan bersama gajah.

Pilihan paket

menikmati keindahan tangkahan tak cukup hanya dengan melihat gajah mandi atau memandikan gajah. LPT menawarkan petualangan yang lebih menantang berupa keliling hutan dan menyeberangi Sungai Sei Batang Serangan dengan menunggang gajah. Sensasi menunggang gajah saja sudah luar biasa. Apalagi dipadu dengan berkeliling hutan. Selama satu jam setengah pelancong dapat memanjakan indera mereka dengan suasana hutan. Pemandangan hijau, air sungai nan jernih, serta bunyi serangga hutan dapat menghilangkan penat karena hiruk-pikuk kota.

Pelancong akan diajak para mahout dan ranger melintasi sungai, hutan, dan perkampungan. Bila beruntung, Anda dapat bertemu dengan orangutan atau gajah yang hidup liar di tengah hutan TNGL.

Bila belum puas, cobalah telusuri Sungai Sei Batang Serangan dan temukan kesegaran mandi air terjun. Air terjun ini berada sekitar 50 meter dari pertemuan antara Sungai Sei batang Serangan dan Sungai Buluh.

Selanjutnya pompa adrenalin Anda dengan bermain tubing. Arungi jeram sungai dengan menggunakan bas bekas. Pengelola ekowisata Tangkahan menyediakan puluhan ban bekas ukuran raksasa yang dapat dinaiki dua sampai empat orang untuk mengarungi jeram-jeram Sei Batang Serangan.

Inilah bonus sensasi dari mencandai hewan berkuping lebar itu....


Anda sedang membaca artikel tentang

Yuk, Bercanda dengan Gajah...

Dengan url

http://mitoraboutpregnancy.blogspot.com/2012/11/yuk-bercanda-dengan-gajah.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Yuk, Bercanda dengan Gajah...

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Yuk, Bercanda dengan Gajah...

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger